Saya pernah dengar kisah tentang
seorang pemuda yang datang kepada Socrates, orang bijak itu, dan berkata, “saya
ingin mengetahui segala yang bapak ketahui”.
“kalau memang begitu keinginanmu”, kata
Socrates, “ayo iku bapak ke sungai”. Dengan penuh rasa ingin tahu, pemuda itu
mengikuti Socrates ke sungai di dekat sana. Sementara mereka duduk di tepi
sungai, Socrates bilang, “coba lihat baik-baik sungai ini”, kata Socrates.
“saya tidak melihat apa-apa”, kata pemuda itu.
“lihatlah lebih dekat lagi”, kata
Socrates.
Ketika pemuda itu mencondongkan dirinya
ke arah sungai, tiba-tiba Socrates menjenggut kepala pemuda itu dan
memasukkannya ke dalam air sungai. Pemuda itu meronta-ronta, tetapi cengkraman
Socrates yang kuat membuat kepalanya tetap terendam. Ketika kira-kira pemuda
itu sudah tidak tahan lagi, barulah Socrates menariknya dan membaringkannya di
tepi sungai.
Sambil batuk-batuk dengan na”fas
tersenggal, pemuda itu mengomel, “bapak gila ya? Mau membunuh saya ya?”
“ketika kepalamu terbenam tadi, apa
yang paling kamu inginkan?” tanya Socrates.
“ya mau bernafas donk!”sentak pemuda
itu.
“jangan pernah keliru menganggap hikmat
itu mudah datang, anak muda”, kata Socrates.
“kalau kamu memang sungguh ingin
belajar seperti kamu ingin bernafas barusan, baru cari bapak lagi ya”.
Intinya jelas. Tak ada yang mudah dalam
hidup ini. Kamu harus bayar harganya! Semua orang harus bayar harganya.
Tulislah itu. Hafalkanlah itu. Garis bawahilah itu. Saya tidak peduli apa kata
orang, makan gratis itu tidak ada deh! Alangkah lugunya menganggap bisa
mendapatkan pelajaran seumur hidup tanpa membayar harganya. Tetapi apakah kita
tidak begitu juga, ketika mengaggap bisa mendapatkan pekerjaan yang baik serta
masa depan cerah, kalau kita tidak bayar harganya mengembangkan otak yang kuat?
Malah, mendaptkan pendidikan yang baik
mungkin merupakan hara terpenting yang bisa kamu bayar --- karena, mungkin
lebih dari apapun juga, yang kamu perbuat terhadap otakmu itulah yang paling
menentukan masa depanmu. Malah, kecuali kamu mau jadi tukang burger dan tetap
tinggal sama orangtuamu walaupun kamu sudah tiga puluh tahun, sebaiknya kamu
mulai membayar harganya mulai dari sekarang.
Dimensi mental dari kebiasaan 7, yaitu
Asahlah Gergajimu, artinya mengembangkan daya otakmu lewat sekolah,
kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, hobi, pekerjaan, dan pengalaman-pengalaman
lain yang memperluas wawasan.
Sumber: The 7 HABITS of Highly Effective TEENS, Sean Covey.
Sumber: The 7 HABITS of Highly Effective TEENS, Sean Covey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar