Minggu, 22 April 2012

7.5. Rawatlah Otakmu


Saya pernah dengar kisah tentang seorang pemuda yang datang kepada Socrates, orang bijak itu, dan berkata, “saya ingin mengetahui segala yang bapak ketahui”.

“kalau memang begitu keinginanmu”, kata Socrates, “ayo iku bapak ke sungai”. Dengan penuh rasa ingin tahu, pemuda itu mengikuti Socrates ke sungai di dekat sana. Sementara mereka duduk di tepi sungai, Socrates bilang, “coba lihat baik-baik sungai ini”, kata Socrates.
“saya tidak melihat apa-apa”,  kata pemuda itu.
“lihatlah lebih dekat lagi”, kata Socrates.

Ketika pemuda itu mencondongkan dirinya ke arah sungai, tiba-tiba Socrates menjenggut kepala pemuda itu dan memasukkannya ke dalam air sungai. Pemuda itu meronta-ronta, tetapi cengkraman Socrates yang kuat membuat kepalanya tetap terendam. Ketika kira-kira pemuda itu sudah tidak tahan lagi, barulah Socrates menariknya dan membaringkannya di tepi sungai.

Sambil batuk-batuk dengan na”fas tersenggal, pemuda itu mengomel, “bapak gila ya? Mau membunuh saya ya?”
“ketika kepalamu terbenam tadi, apa yang paling kamu inginkan?” tanya Socrates.
“ya mau bernafas donk!”sentak pemuda itu.
“jangan pernah keliru menganggap hikmat itu mudah datang, anak muda”, kata Socrates.
“kalau kamu memang sungguh ingin belajar seperti kamu ingin bernafas barusan, baru cari bapak lagi ya”.

Intinya jelas. Tak ada yang mudah dalam hidup ini. Kamu harus bayar harganya! Semua orang harus bayar harganya. Tulislah itu. Hafalkanlah itu. Garis bawahilah itu. Saya tidak peduli apa kata orang, makan gratis itu tidak ada deh! Alangkah lugunya menganggap bisa mendapatkan pelajaran seumur hidup tanpa membayar harganya. Tetapi apakah kita tidak begitu juga, ketika mengaggap bisa mendapatkan pekerjaan yang baik serta masa depan cerah, kalau kita tidak bayar harganya mengembangkan otak yang kuat?

Malah, mendaptkan pendidikan yang baik mungkin merupakan hara terpenting yang bisa kamu bayar --- karena, mungkin lebih dari apapun juga, yang kamu perbuat terhadap otakmu itulah yang paling menentukan masa depanmu. Malah, kecuali kamu mau jadi tukang burger dan tetap tinggal sama orangtuamu walaupun kamu sudah tiga puluh tahun, sebaiknya kamu mulai membayar harganya mulai dari sekarang.

Dimensi mental dari kebiasaan 7, yaitu Asahlah Gergajimu, artinya mengembangkan daya otakmu lewat sekolah, kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler, hobi, pekerjaan, dan pengalaman-pengalaman lain yang memperluas wawasan.

 Sumber: The 7 HABITS of Highly Effective TEENS, Sean Covey.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar