Kebiasaan
5: Berusahalah untuk Memahami Terlebih Dahulu Baru Dipahami.
Kamu
punya dua telinga dan satu mulut
Katakanlah
sebelum masuk ke toko sepatu ingin membeli sepatu baru petugas penjualannya
bertanya, “sepatu apa yang kamu cari?”
“saya cari seatu yang…”
“saya tahu deh yang kamu cari”,
potongnya. “semua orang pakai yang ini nih. Percaya deh”.
Buru-buru ia mengambil sepasang sepatu
yang paling jelek yang pernah kamu lihat. “coba lihat nih”, katanya.
“saya tidak suka ah”.
“semua orang suka kok. Ini yang paling
laku sekarang ini”.
“saya cari yang lain ah”.
“saya janji deh. Kamu pasti suka”.
“begini, saya kan sudah sepuluh tahun
jualan sepatu dan saya tahu sepatu yang baik hanya dengan sekali lihat”.
Setelah pengalaman tersebut, apa kamu mau masuk toko itu lagi? Pasti tidak kan. Mana mungkin kamu percaya orang yang memberimu solusi sebelum memahami apa kebutuhanmu. Tetapi tahu tidak, bahwa kitapun serig begitu kalau berkomunikasi?
“hei Melissa, apa kabar? Kamu kok
kelihatannya depresi sih. Ada masalah?”
“kamu takkan mengerti deh, Colleen.
Pasti kamu menganggapnya tolo”.
“tidak deh. Cerita dong. Aku dengerin
deh”.
“ah, tidak tahu deh”.
“ayolah. Ceritalah”.
“ya deh… em… aku sama Tyrone tidak
seperti dulu lagi”.
“kan sudah aku bilang, jangan terlibat
sama dia deh. Sedari dulu aku juga tahu bakalan begini jadinya”.
“masalahnya bukan Tyrone-nya”.
“begini, Melissa, kalau aku jadi kamu,
aku lupain deh dia itu”.
“Tetapi Colleen, bukan begitu
perasaanku”.
“Percayalah, aku tahu perasaanmu. Tahun
lalu juga aku mengalami hal yang sama. Kamu tidak ingat ya? Seluruh tahunku
jadi berantakan kan”.
“Lupin aja deh, Colleen”.
“Melissa, aku hanya ingin bantu. Aku
sungguh ingin mengerti. Ayolah cerita bagaimana perasaanmu”.
Kita memang cenderung melesat begitu
saja seperti Superman dan mengatasi masalah semua orang bahkan sebelum kita
memahami apa masalahnya. Kita pokoknya tidak mendengarkan. Seperti kata pepatah
bangsa Indian Amerika, “Dengarlah, kalau tidak, lidahmu akan membuatmu tuli”.
Kunci komunikasi dan punya kuasa serta
pengaruh terhadap oranglain bisa dirangkum dalam satu kalimat: Berusahalah
untuk memahami terlebih dahulu, baru dipahami. Dengan kaa lain, dengarlah dulu,
baru bicara. Ini adalah kebiasaan 5, dan ini efektif. Kalau kamu bisa belajar
kebiasaan sedehana ini-memandang segalanya menurut kacamata lawan bicaramu
sebelum membagikan pandanganmu sendiri – akan terbukalah pengertianmu.
Sumber: The 7 HABITS of Highly Effective TEENS, Sean Covey.
Sumber: The 7 HABITS of Highly Effective TEENS, Sean Covey.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar